groupthink teori


 Groupthink : didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka dalam menilai semua rencana tindakan yang ada. Kesepakatan antar anggota kelompok atau kesepakatan kelompok dalam keinginan mereka akan kekompakan dan kesepakatan serta mencapai sebuah tujuan atau keputusan lebih besar motivasinya dibandingkan menilai akan kebenaran keputusan tersebut terhadap moral dan etis kelompok yang berlaku.
> Irving Janis berpendapat bahwa anggota-anggota kelompok seringkali terlibat di dalam sebuah gaya pertimbangan dimana sebuah kebutuhan semua orang untuk sepakat lebih berat dibandingkan akal sehat. Yaitu seperti jika kita di dalam sebuah kelompok, biasanya kita hanya berkeinginan untuk mencapai suatu tujuan itu lebih penting, dibanding menghasilkan solusi pemecahan masalah yang masuk akal.
> Iriving Janis juga berpendapat, dalam sebuah kelompok yang anggotanya memiliki banyak kemiripan atau kesamaan latar belakang dan memiliki hubungan baik antar anggotanya akan rentan terhadap groupthink apabila :
· Tidak dapat menyadari jika terdapat perbedaan pendapat antar anggota kelompok.
· Mereka menghiraukan atau menekan sebuah konflik hanya agar bisa bergaul dengan baik.
· Anggota kelompok tidak secara maksimal mempertimbangkan solusi yang ada.
Dan di dalam titik ini, di dalam kelompok tersebut, menciptakan perdamaian itu lebih penting daripada membuat keputusan yang sesuai.


ASUMSI-ASUMSI GROUPTHINK
> Groupthink merupakan teori yang diasosiasikan dengan “komunikasi kelompok kecil”
> Dalam hal ini Irving Janis memfokuskan penelitiannya padaProblem-Solving Group dan task-oriented group, yang mempunyai tujuan utamanya yaitu untuk mengambil keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan akan solusi-solusi yang ada.
> Berikut merupakan 3 asumsi penting dalam Groupthink Theory :
1. Kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas yang tinggi.
Ernest Bormann mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan yang sama atau investasi emosional, maka mereka cenderung untuk mempertahankan identitas kelompok. Pemikirian kolektif ini biasanya menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik, tetap bersatu, memiliki semangat kebersamaan dan memiliki kohesivitas tinggi.
Kohesivitas : batasan dimana anggota-anggota suatu kelompok bersedia untuk bekerja sama. Atau bisa dibilang, rasa kebersamaan dari kelompok tersebut. Kelompok dimana anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif.
2. Pemecahan masalah di dalam kelompok pada dasarnya merupakan proses yang terpadu.
Para anggota biasanya berusaha untuk dapat bergaul dengan baik. Dennis Gouran mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan afiliatif (affiliative constraints), yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menyimpan masukan atau pendapat mereka daripada mengambil risiko pendapat mereka ditolak. Menurut Gouran, mereka akan cenderung untuk “memberikan perhatian lebih pada pemeliharaan kelompok daripada isu-isu yang sedang dipertimbangkan”. Oleh karena itu, anggota kelompok lebih tertarik mengikuti pemimpin saat pengambilan keputusan tiba.
3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.
Usia, sifat kompetitif, ukuran, kecerdasan, komposisi gender gaya kepemimpinan dan latar belakang budaya dari para anggota kelompok dapat mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam kelompok. Seperti misalnya karna banyak budaya yang tidak menghargai komunikasi yang terbuka dan ekspresif, beberapa anggota kelompok akan menarik diri dari perdebatan atau dialog, dan hal ini mungkin dapat membuat anggota kelompok yang lain heran, serta bisa mempengaruhi persepsi dari para anggota kelompok, baik yang partisipatif ataupun yang nonpartisipatif. Oleh karena itu, kelompok dan keputusan kelompok dapat menjadi lebih sulit, tetapi biasanya melalui kerja kelompok, orang dapat mencapai tujuan mereka lebih baik dan efisien.



KONDISI PENDAHULU GROUPTHINK
● Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok mendukung terjadinya groupthink.
Di dalam kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi akan lebih antusias mengenai tugas-tugas mereka, dan anggotanya merasa dimampukan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan, karena kelompok mereka sangat kompak atau kohesif. Walaupun terdapat keuntungannya, tetapi kelompok yang sangat kohesif juga bisa memberikan tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk memenuhi standard kelompok. Dan biasanya anggota kelompok tidak bersedia untuk mengemukakan keberatan mereka mengenai solusi yang diambil. Maka Irving Janis berpendapat bahwa kohesivitas menuntun kepadagroupthink.
● Faktor Struktural
Karakteristik struktural yang spesifik, atau kesalahan, mendorong terjadinya groupthink. Faktor-faktor ini juga termasuk isolasi kelompok, kurangnya kepemimpinan imparsial, kurangnya prosedur yang jelas dalam mengambil keputusan, dan homogenitas latar belakang anggota kelompok.
→ Isolasi kelompok (group insulation)
Merujuk pada keinginan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh pihak di luar kelompok. Padahal ada kemungkinan bahwa pihak di luar kelompok dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
→ Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership)
Anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi terhadap hasil akhir. Pemimpin berpendapat bahwa opini lain akan merugikan rencananya, dan kepemimpinan alternatif ditekan.
→ Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making procedures)
Beberapa kelompok memiliki prosedur untuk mengambil keputusan; kegagalan untuk memiliki norma yang telah disepakati untuk mengevaluasi suatu masalah dapat menimbulkan groupthink. Jika ada masalah di suatu kelompok, mereka masih harus mencari penyebabnya dan sejauh apa masalah teresebut.
→ Homogenitas latar belakang (Homogenity of members’ backgrounds)
Tanpa keragaman latar belakang sosial, pengalaman dan ideology akan mempersulit sebuah kelompok untuk mendebat masalah yang penting.
● Tekanan Kelompok (Group Stress)
Tekanan internal dan eksternal (internal and external stress) yang dialami kelompok dapat menuntun kepada groupthink.Jika suatu kelompok dalam membuat keputusan sedang mengalami tekanan yang berat – baik disebabkan oleh dorongan-dorongan dari luar maupun dari dalam kelompok – mereka cenderung tidak dapat menguasai emosi, sehingga dapat mencari segala cara agar masalah dapat cepat diselesaikan tanpa memikirkan akal sehat, maka kelompok tersebut sedang menuju groupthink.



GEJALA-GEJALA GROUPTHINK
  1. Penilaian Berlebihan terhadap Kelompok / Overestimation of the Group (keyakinan yang keliru, suatu kelompok lebih dari dirinya yang sebenarnya)
1. Ilusi Akan Ketidakrentanan (illusion of invulnerability)
Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa mereka cukup istimewa atau hebat untuk mengatasi rintangan-rintangan. Kelompok ini percaya bahwa mereka tidak terkalahkan.
2. Keyakinan akan Moralitas yang Tertanam di dalam Kelompok
Kelompok ini memiliki keyakinan bahwa anggota-anggota kelompoknya bijaksana dan memiliki moral yang baik, sehingga keputusan yang mereka buat juga akan baik pula. Anggota kelompok ini membersihkan diri dari rasa malu atau bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan moral dari keputusan mereka.
  1. Ketertutupan Pikiran / Closed-Mindedness (tidak mengindahkan pengaruh-pengaruh dari luar terhadap kelompok)
1. Stereotip Kelompok Luar (out group stereotypes)
Kelompok memiliki persepsi stereotip terhadap kelompok lawannya (musuhnya), yaitu menekankan bahwa kelompok lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk membalas taktik mereka yang ofensif.
2. Rasionalisasi Kolektif (collective rationalization)
Situasi dimana kelompok tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran mereka sebelum mereka mencapai keputusan akhir.
  1. Tekanan untuk Mencapai Keseragaman / Pressures Toward Uniformity (terjadi ketika para anggota kelompok berusaha untuk menjaga hubungan baik antar anggota)
1. Sensor Diri (self-censorship)
Kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan argumen-argumen yang menentang terhadap pemikiran mereka. Membungkam pemikiran-pemikiran pribadi yang menentang pemikiran kelompok dan menggunakan retorika kelompok dapat memperkuat keputusan-keputusan kelompok.
2. Ilusi akan Adanya Kebulatan Suara (illusion of unanimity)
Menganggap kalu diam itu artinya setuju. Karna biasanya dalam groupthink anggota mengikuti pemimpin, sehingga keputusan pemimpin adalah keputusan kelompok, sehingga jika ada anggota yang mempunyai pemikiran yang berbeda dengan pemimpin, anggota lebih memilih diam, maka disinilah dianggap bahwa tidak ada keberatan, dan dianggap bahwa ada kebulatan suara kelompok.
3. Self-Appointed Mindguards
Anggota-anggota kelompok melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung kelompoknya. Para anggota tersebut melakukan mindguard, yaitu seperti menyaring aliran informasi yang bertolak belakang terhadap kelompoknyaPara mindguardsyakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan kelompok mereka.
4. Tekanan Terhadap Para Penentang (pressures on dissenters)
Tekanan atau pengaruh langsung terhadap anggota-anggota kelompok yang menyumbangkan opini, pendapat, pandangan, atau komitmen yang berlawanan terhadap opini mayoritas kelompoknya. 



MENCEGAH TERJADINYA GROUPTHINK
■ Dibutuhkan adanya supervisi dan kontrol (membentuk komite parlementer)
û Mengembangkan sumber daya untuk memonitor proses pembuatan kebijakan.
û Memberi dukungan akan adanya intervensi.
û Mengaitkan kepentingan nasib dengan nasib anggota lain.
■ Mendukung adanya pelaporan kecurangan (suarakan keraguan)
û Hindari menekan kekhawatiran akan keputusan kelompok
û Terus tidak sepakat dan mendebat ketika tidak ada jawaban yang memuaskan
û Pertanyakan asumsi
■ Mengizinkan adanya keberatan (lindungi conscientious objectors)
û Berikan jalan keluar bagi para anggota kelompok
û Jangan menganggap remeh implikasi moral dari sebuah tindakan
û Dengarkan kekhawatiran pribadi anggota akan isu-isu etis di kelompok
■ Menyeimbangkan consensus dan suara terbanyak(mengubah pilihan pengaturan peraturan)
û Kurangi tekanan kepada anggota kelompok yang berada pada posisi minoritas
û Mencegah terjadinya subkelompok (peer group)
û Memperkenalkan pendekatan yang mendukung banyak pendapat dalam pengambilan keputusan



CRITIQUE AND CLOSING
  1. Heurisme
Teori groupthink merupakan teori yang heuristic; teori ini dan banyak elemennya telah diguanakan dalam banyak kajian dan telah mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan komunikasi (Cline, Courtright, Parvitt & Johnson, Turner & Pratkanis dan Yetiv). Teori ini telah menghasilkan beberpa asumsi mengenai perilaku kelompok dan Groupthink tetap menjadi bagian yang penting dari literatur pengambilan keputusan dalam kelompok (Aldag & Riggs Fuller, 1998).
  1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup teori ini dapat dikatakan sempit, hanya pada kelompok pembuat keputusan yang sedang dalam periode krisis.
  1. Kemungkinan Pengunjian
Jeanne Longley & Dean Pruitt (1980), mereka berpendapat bahwa setengah dari gejala groupthinktidak diasosiasikan dengan pencarian persetujuan – ciri utama teori ini. “sebuah teori harus merupakan progresi logis dari sebuah ide, bukan sebuah karung berisi fenomena yang berkolerasi satu dengan lainnya dalam contoh enam kasus”. Mereka juga melihat bahwa Irving Janis menaruh penghargaan diri dalam diskusi mengenai groupthink namun tidak disebutkan di dalam teorinya. Tapi kemudian Janis menyatakan bahwa penghargaan diri merupakan kondisi pendahulu darigroupthink.
  1. Pengajian Waktu Berjalan
Teori Groupthink telah berhasil melalui pengajian waktu berjalan. Para peneliti terus menginvestigasi banyak fitur utama teori ini dan terus didiskusikan dalam media. Keputusan kebijakan pemerintah akan selalu ada, makagroupthink berkemampuan cukup tinggi untuk bertahan di masa depan. Irving Janis juga dinobatkan sebagai pelopor dalam “bidang studi dinamika sosial”. 


Groupthink mungkin lebih menarik secara intuitif dibanding secara empiris. Pemikiran Irving Janis akan teori ini telah cukup berpengaruh dalam beberapa bidang ilmu, seperti komunikasi, psikologi kognitif dan sosial, antropologi, dan politik. Sedikit orang dapat mendebat kegagalan dari kebijakan asing yang dibahas oleh Janis : kekerasan dan korban yang banyak, hilangnya kepercayaan terhadapa keputusan pemerintah, dan pembuatan kebijakan yang tidak beres. Demi alasan-alasan inilah, Janis diakui telah membantu mengidentifikasi dan mempelajari salah satu tipe masalah pembuatan keputusan kelompok.





0 komentar:

Posting Komentar

} HTML,BODY{cursor: url("http://downloads.totallyfreecursors.com/cursor_files/fireorange.ani"), url("http://downloads.totallyfreecursors.com/thumbnails/fireorange.gif"), auto;}