Teori
ini membantu kita untuk memilah dan menjelaskan kompleksitas proses negosiasi
antara privasi dan keterbukaan. Pembukaan di dalam hubungan membutuhkan
pengelolaan batasan publik dan privat. Batasan-batasan ini ada diantara
perasaan yang ingin diutarakan oleh seseorang dan perasaan yang ingin disimpan.
Pembukaan di dalam perkembangan hubungan lebih dari sekedar mengutarakan
informasi privat kepada orang lain. Dibutuhkan negosiasi dan koordinasi akan
batasan. Keputusan mengenai pembukaan harus dimonitor secara intensif.
Evolusi
Teori Manajemen Privasi Komunikasi
Para
peneliti (Petronio dan Martin, 1986; Petronio, Martin dan Littlefield, 1984)
tertarik akan criteria pembentukan aturan dalam system manajemen aturan dalam
system manajemen aturan bagi pembukaan. Mereka mengamati bahwa pria dan wanita
memiliki kriteria yang berbeda untuk menilai kapan harus terbuka dan kapan
harus diam. Pemikiran akan perbedaan gender dan konsep keterbukaan yang diatur
oleh aturan sekarang merupakan bagian dari teori manajemen privasi komnikasi.
Pada
awalnya teori ini memiliki batasan yang lebih sempit yaitu sebagai mikroteori
(teori dengan batasan yang terbatas), batasannya hanya samapai pada manajemen
privasi pada pasangan yang sudah menikah. Sekarang, sudah lebih luas menjadi
makroteori (teori dengan batasan yang luas), batasannya melingkupi berbagai
macam hubungan interpersonal yang luas, termasuk kelompokm dan organisasi.
Asumsi
Dasar Teori Manajemen Privasi Komunikasi
1.
Informasi privat, merujuk pada cara tradisional untuk berfikir mengenai
pembukaan; ini merupakan pengungkapan informasi privat. Namun, Petronio (2002)
melihat bahwa berfokus pada isi dari pembukaan memungkinkan kita untuk
menguraikan konsep-konsep mengenai privasi dan keintiman dan mempelajari bagaimana
mereka salaing berhubungan. Keintiman adalah perasaan atau keadaan mengetahui
seseorang secara mendalam dalam cara-cara fisik, psikologi, emosional, dan
perilaku karena orang ini penting dalam kehidupan seseorang. Pembicaraan
pribadi, sebaliknya, tertarik dengan proses bercerita dan merefleksikan isi
dari informasi privat mengenai orang lain dari kita.
2.
Batasan privat, menjelaskan bahwa terdapat garis antara bersikap publik dan
bersikap privat. Pada satu sisi batasan ini, orang menyimpan informasi privat
untuk diri mereka sendiri (Petronio, Giles, Gallois dan Ellmers, 1998); dan
pada sisi lain, orang membuka beberapa informasi privat kepada orang lain di
dalam relasi sosial dengan mereka. Ketika informasi privat dibagikan, batasan
sekelilingnya disebut batasan kolektif, dan ketika informasi privat tersebut
tetap disimpan dan tidak buka, maka batasnnya disebut batasan personal.
3.
Kontrol dan kepemilikan, orang merasa memiliki informasi privat mengenai diri
mereka sendiri. Sebagai pemilik informasi, mereka percaya bahwa mereka harus
ada dalam proporsi untuk mengontrol siapa saja yang boleh mengakses informasi
privat tersebut.
4.
System manajemen berdasarkan aturan, system ini adalah kerangka untuk memahami
keputusan yang dibuat orang mengenai informasi privat. System ini memungkinkan
pengelolaan pada level individual dan kolektif serta merupakan pengaturan rumit
yang terdiri dari tiga proses: karakteristik aturan privasi, koordinasi
batasan, dan turbulensi batasan.
5.
Dialektika manajemen, dialektika manajemen privasi berfokus pada
ketegangan-ketegangan antara kainginan untuk mengungkapkan informasi privat dan
keinginan untuk meutupinya.
Proses
Manajemen Aturan Privasi
1.
Karaktersitik aturan pribadi. Merupakan salah satu proses di dalam system
manajemen aturan privasi yang mendeskripsikan sifat dasar dari aturan privasi.
Ada dua faktor utama yaitu:
•
Pengembangan aturan, dituntun oleh criteria-kriteria keputusan orang untuk
mengungkapkan atau menutupi informasi privat. Teori ini menyatakan bahwa lima
criteria keputusan digunakan untuk mengembangkan aturan-aturan privasi;
kriteria berdasarkan budaya, kriteria berdasrkan gender, kriteria motivasional,
kriteria kontekstual, dan kriteria rasio resiko-keuntungan. Kelima kriteria
keputusan ini merupakan salah satu elemen dari karakteristik aturan privasi.
•
Atribut aturan privasi, atribut adalah karakteristik aturan privasi yang
mendeskripsikian bagaimana orang mendapatkan aturan serta properti-properti
aturan. Secara umum, teori ini menyatakan bahwa orang mempelajari aturan
melalui proses sosialisasi atau melalui negosiasi dengan orang lain untuk
menciptakan aturan baru.
2.
Koordinasi batasan, merujuk pada bagaimana kita mengelola informasi yang
dimiliki bersama. Petronio (2002) mengamati bahwa orang mengatur informasi
privat melalui aturan-aturan yang mengurangi pertalian batsan, hak kepemilikan
batasan dan peremeabilitas batsan.
•
Pertalian batasan, merujuk pada hubungan yang membentuk aliansi batasan antar
individu.
•
Kepemilikan batasan, merujuk pada hak-hak dan keistimewaan yang diberikan
kepada pemilik pendamping (co-owner) dari sebuah informasi privat.
•
Permeabilitas batasan, merujuk pada severapa banyak informasididapat melalui
batasan yang ada. Ketika akses terhadap informasi privat ditutup, batasannya disebut
batasan tebal, sedangkan ketika aksesnya terbuka, batasnnya disebut sebagai
batsan tipis (petronio, 2002).
3.
Turbulensi batasan, hal ini muncul ketika aturan-aturan koordinasi batasan
tidak jelas atau ketika harapan orang untuk manajemen privasi berkonflik antara
satu dengan lainnya. Aturan batasan tidak selalu merupakan system yang berjalan
dengan lancar, dan orang-orang yang terlibat dapat mengalami benturan yang
disebut Petronio sebagai turbulensi. Turbulensi batasan dapat terjadi karena
beberapa orang mengundang orang lain kedalam batasan privasi mereka, mereka
mengharapkan respons yang sesuai. Ketika harapan ini dilanggar, orang terluka
dan menjalani turbulensi batasan. Hal ini sangat membingungkan karena batasan
dalam keadaan terbuka tetapi orang yang satunya menolak untuk dilibatkan.
Posting Komentar